Menangislah yang keras ibu pertiwi,
Tubuh mu kini sedang tersakiti dan terbakar
yang entah ulah siapa aku pun tak tahu.
Ibu pertiwi, sudahkah kau menangis yang keras?
Lebih keras lagi, lagi dan lagi!
Kami tak mendengar sedikitpun tangisanmu ibu.
Entahlah, kami yang tuli atau engkau yang tak mampu lagi menangis.
Tak usah khawatir ibu pertiwi, kami anakmu putra-putri bangsa
Tak mendengar tangisan, tapi kami sangat merasakan perihnya
luka mu yang telah lama engkau rasakan.
Ibu pertiwi,bumi mu kini sudah tak gagah lagi
Tak megah lagi bagai sebuah lancang kuning.
Bumi mu kini mungkin sudah menjadi lancang kuning
yang hangus terbakar.
Entahlah terbakar atau dibakar,aku tak tahu.
Bumi lancang kuning ini bukan hanya kebanggaanmu saja,
Tapi kami, putra-putri bangsa yang telah lama dibesarkan di bumi ini,
Turut bangga dengan kharisma bumi mu ini.
Kini, semua kebanggaan itu semakin memudar,
Karena tak tahu apalagi yang kan dibanggakan lagi.
Mungkin ini semua ulah saudara-saudara kandung kami
Yang saat ini telah berkhianat,
merasa tak berhutang budi padamu
Dan malah menyakitimu yang telah lama
menjadi ladang kehidupannya.
Ibu pertiwi, maafkan kami dan saudara kami
Bukan karena kami tak peduli ataupun acuh
Dengan sakit dan perihnya dirimu kini,
Tapi ini semua diluar batas kendali kami,
Saudara kami khilaf, tak tahu akibatnya akan begini.
Ibu pertiwi, kami berjanji kan membangun kembali
Tonggak-tonggak kokohmu lagi, kan kami bentang kembali
Layar lancang kuning mu ini, untuk mengarungi hidup yang
Lebih baik.
Sekali lagi, dua kali lagi, bahkan beribu kali lagi kusampaikan
Maaf kami dari hati yang terdalam,
Maafkan kami karena hanya mengeluh tanpa solusi.
Bukan kami tak cerdas atau malas,
Tapi karena kami sendiri yang tak kompak dan tak mengingatkan
Saudara-saudara kami akan keaalahan fatalnya
Yang telah membakar bumi mu ini.
Kini kami hanya mampu memdengat nada-nada sumbang
Dari sesaknya napas para saudara kami.
Cuma tertunduk dan berdoa yang bisa kami lakukan,
Semoga sang khalik masih memberikan kesembuhan
Pada bumi mu ini, bumi lancang kuning nan gagah dan berani.
Dari bumi lancang kuning ini, dari kota bertuah ini
Aku tuliskan sajak berantakan ini, sebagai permintaan maaf kami
Putra-putri bangsa yang lemah dan tak berdaya.
Sudikah kau memaafkan?
Terserahlah, kini yang kami tahu hanya mengumpulkan
Sisa-sisa daya dan puing-puing semangat kami
Untuk melakukan yang terbaik demi kesembuhanmu ibu pertiwi,
kesembuhan bumi mu, dan kesembuhan semua saudara kami.
Sembuh lahir dan sembuh batin.
Semoga lekas sembuh ibu pertiwi, semoga luka di bumi lancang kuningmu terobati.
Ditulis kamis siang, dari kota bertuah
Bumi lancang kuning yang telh menjadi
Negeri diatas awan.
#PrayForRiau
mantap baang!
BalasHapus