• Permatakoe yang Hilang

              Gelap dan kelam, suasana rumah ini gelap ketika aku terjaga dari istirahatku yang tidak nyenyak. Kepalaku terasa berat dan tubuhku terasa panas seluruhnya mungkin aku demam karena dari kemarin aku tak sempat istirahat dengan cukup untuk memanjakan tubuhku yang lelah ini. Tanpa pikir panjang langsung saja kucari parasetamol, ya mudah-mudahan ini bisa untuk menurunkan panas dan gejala meriangku. Selepas menelan satu butir obat ini aku langsung melanjutkan tidurku dikamar yg terasa sangat sejuk dan sepi, ternyata ini pukul 2.30 dini hari. Karena tubuhku yang terasa meriang ini akupun tidur menggunakan jaket abu-abuku yang telah usang termakan usia.

              Kriiingg..kriinggg..kriinggg, agap saja begitu bunyinya. Ternyata handphone ku berdering, dengan tubuh yang masih kurang fit dan tetap mengenakan jaket dan selimut ini langsung saja kuangkat panggilan itu, sepertinya penting. "Halo..Assalamualakum bang.." terdengar suara dari handphoneku. Tidak asing lagi, itu suara papaku. Mereka semua sedang berkumpul dirumahku, mungkin sambil menikmati sarapan pagi bersama dengan papa,mama, adik-adikku dan adik sepupuku yang juga sedang mengisi liburan dirumah keluargaku.

              30 menit sudah kami berbincang, melepas rindu dan bercerita banyak hal kepada papa, mama dan adik-adikku. Kini waktunya untuk bangkit dari tempat tidur karena waktu sudah menunjukkan hampir pukul 9. Kurapikan tempat tidurku dan membuka gorden jendela kamarku. Pagi ini cuaca terasa sangat dingin, mungkin karena hujan semalam. Jaket abu-abu usang ini masih saja aku pakai, lumayanlah untuk membantu kulitku bertahan dari dinginnya pagi ini, lagi pula tubuhku juga belum begitu fit.

              Setelah aku membasuh muka, aku bergegas membuka laptopku karena ada beberapa projek yang harus aku selesaikan. Seperti biasa yang pertama kali kulakukan adalah membuka facebook. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa sangat nyaman sekali dengan jaket abu-abu usang ini, sampai akhirnya aku teringat pada gadis kecil itu, ya sebut saja namanya Fany. Fany sebenarnya adalah juniorku sewaktu SMA dulu, tak cukup lama aku kenal dengannya, tapi saat dulu masih satu sekolah dengannya aku merasa dia seperti adikku sendiri, mungkin karena kebaikannya dan sikapnya kepadaku yang seakan-akan menjadikanku abangnya juga.

              Tak lama kami kenal dan semakin akrab ternyata fany harus pergi untuk pindah sekolah, ke luar kota karena ayahnya pindah dinas ke kota lain samarkan saja kota itu adalah bandung. aku sempat sedikit kecewa karena harus terpisahkan jarak yang cukup jauh dengannya. Sehari sebelum fany berangkat, ia mengirimkanku pesan "bang, lagi dimana? ketemu sebentar yuk ditempat biasa, fany mau say goodbye.." kurang lebih seperti itulah pesan singkat yang kuterima,tepat sehari sebelum fany berangkat.

              Sesampainya di tempat yang dimaksud, akupun melihatnya duduk dengan memegang sebuah kantong, aku pun melihat keluarganya menunggu didalam mobil dari kejauhan. Begitu ketika aku sampai fany menggenggam tanganku dan berkata "bang, fany besok pagi-pagi sekali harus segera berangkat, maafkan fany ya kalau selama ini ada salah. Terima kasih juga selama ini mau jadi abang terhebat buat fany yang rasanya sudah seperti abang sendiri." suara lembut dan sedikit tersedu-sedu yang keluar dari mulutnya, mungkin karena momen ini cukup menyedihkan baginya. Tak sempat aku menjawab, ia melanjutkan perkataannya sambil menyodorkan kantong di tangannya, "ini ada kenang-kenangan dari fany bang, maaf ya kalau jelek dan nggak seberapa. Tapi jangan lihat nilainya bang, fany cuma mau setiap abang melihat benda ini abang bisa selalu ingat sama fany ya". Akupun terdiam dan terasa berat untuk menjawabnya. Kupaksakan juga untuk tetap menjawabnya dan kukatakan "iya makasih ya dik, abang juga mau minta maaf kalau selama ini banyak salah sama fany, maaf abang enggak sempat kasih apa-apa buat fany. Abang cuma bisa selalu kasih kabar buat fany walaupun kita udah terpisah jauh nanti". "iya bang, fany juga insyaallah akan selalu kasih kabar kok. udah ya bang, fany berangkat dulu." itu kalimat terakhir yang diucapkannya padaku. "hati-hati ya dik, insyaallah nanti setelah tamat SMA, abang usahakan lanjut kuliah di Bandung ya, supaya bisa ketemu lagi." itu pesan terakhirku, dan fany pun bergegas meninggalkanku.

              Tak kuasa rasanya menahan sedih ini, tapi aku harus kuat dan aku tak ingin meneteskan air mata ini didepannya, aku harus tunjukkan kalau aku abang ya benar-benar kuat dihadapannya. Aku segera pulang, dan sesampainya dirumah, kantong dari fany tadi tak aku buka, tapi kusimpan dilemariku yang terkunci rapat, agar tak ada yang bisa melihatnya.

              Dua hari berselang, tak juga ada kabar dari fany, mungkin ia masih dalam perjalanan atau mungkin masih sibuk dengan tempat tinggalnya yang baru. Kenang-kenangan dari fany pun belum kubuka, ini memang kebiasaanku yang tak pernah langsung membuka kenang-kenangan dari orang lain. Entah kenapa akupun tak tahu, mungkin karena aku takut kesedihanku semakin mendalam kalau langsung melihat benda pemberian terakhir ini.

              Hingga akhirnya aku memutuskan untuk membuka kantong dari fany itu dan ternyata isinya adalah sebuah jaket abu-abu yang sampai saat ini masih sering kupakai bahkan hingga usang termakan waktu. Jaket itu kini sudah 5 tahun lebih dan masih sering aku gunakan.

              Ya itulah sedikit kenangan yang aku ingat saat akan berpisah dengannya, dan kini sudah lebih dari 5 tahun kami tak pernah bertemu bahkan sudah tak pernah berkomunikasi dengannya, bahkan kini aku sudah di Bandung untuk melanjutkan kuliahku, tapi sampai saat ini kami belum sempat untuk bertemu. Aku kehilangan nomor handphonenya padahal sampai saat ini aku masih sering mengenakan jaket itu.

              Dan pagi ini kebetulan aku sedang membuka facebook, aku mencoba menghubunginya menggunakan jejaring sosial ini, dan dari sini pula kami pertama kali berkenalan. Berulang kali kuketik namanya di kolom pencarian teman dan hasilnya nihil, hanya fany-fany yang lain yang muncul, karena memang tak hanya dia yg namanya fany. Tapi sampai sekarang aku masih benar-benar ingat nama lengkapnya dan tetap saja tak terlihat wajah imutnya itu di laman facebook ini. Tanpa putus asa akupun membuka semua pesan atau chat yang pernah aku lakukan. Muncul banyak nama teman-temanku yang pernah berbincang denganku melalui jejaring sosial ini. Jauh sudah kugeser scrollbar kebawah hingga akhirnya terlihat percakapan terakhirku dengannya, dan aku masih benar-benar ingat kalau itu memang percakapan terakhirku dengannya di jejaring sosial ini. Tapi yang paling menyedihkan adalah, ternyata akunnya sudah dihapus, bahkan namanya pun di tuliskan sebagai "Blank", karena akun ini sudah dihapus.



              Kini aku hanya bisa terdiam dan tak tahu harus mencarinya lagi dimana, mungkin cuma beberapa bait doa yang bisa aku kirimkan untuknya, semoga ia dalam keadaan sehat walafiat, selalu dilindungi oleh Allah, dan menjadi gadis sukses sesuai dengan cita-citanya, aku masih ingat cita-cita terbesarnya yang selalu dia inginkan yaitu menjadi model dan pemain biola handal, semoga semuanya itu tercapai. Disini abangmu selalu mendoakanmu dik, dan berharap bisa bertemu denganmu lagi, amin..


    ---------------------------------------------------------------------------------------------------
    ---------------------------------------------------------------------------------------------------
    Ditulis minggu pagi sejuk dengan guyuran hujan
    berselimutkan jaket abu-abu usang darimu.
    Salam rindu dariku,Abangmu..
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Kepada Pengunjung Blog ini di mohon kesediaannya untuk berkomentar di bawah ini...
    Dan sertakan URL anda bila perlu.. :)

    Let's Discuss with Me!

    You can discuss about health, graphic design, bussiness, marketing, etc.

    ADDRESS

    28300, Pekanbaru, Riau, Indonesia

    EMAIL

    heruardilaputra@gmail.com
    heruardilaputra@yahoo.com

    TELEPHONE

    +201 478 9800
    +501 478 9800

    SOCIAL MEDIA

    Facebook: Heru Ardila Putra
    Instagram: heruardila