Nah tapi apa jadinya jika cara tidak baik itu dilakukan dan berkaitan dengan pertemanan. Mungkin disatu sisi tidak ada yang mau menyakiti separuh jiwa kita karena teman itu sudah menjadi soul mate atau belahan jiwa kita. Di belahan jiwa lain yang merupakan diri kita sendiri sebenarnya juga merasakan sakit yang sepertinya tidak mungkin ditahan.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Menahan sakit ini sendiri atau membuat goresan dalam pada indahnya pertemanan yang sudah lama ditempa? Mungkin idealnya bagi sebagian orang adalah membiarkan sang teman tetap menutupi perbuatannya dan tetap mengikhlaskan untuk tetap menikmati sakitnya.
TIDAK! itu bukan solusi! bagiku itu adalah salah satu cara untuk membiasakan sang teman tetap akan mengulangi perbuatan serupa dilain waktu. Karena percaya atau tidak langkah pertama adalah awal untuk melanjutkan langkah ke sepuluh, dan itu artinya kesalahan pertama akan menjadi sepuluh kesalahan jika tidak segera dibenahi, meskipun dilakukan tanpa sadar.
Mungkin dengan cara yang baik dan tepat bisa lebih baik dalam mengingatkan sang teman tentang arti sebuah kejujuran, meskipun itu akan membuat goresan buruk dalam perjalanan pertemanan selama ini. Tapi bagiku, goresan buruk itu mungkin akan menjadi goresan yang sangat indah jika dimaknai dengan baik, demi masa yang akan datang.
Diantara kita tidak pernah ada yang tau, kapan dan dimana kita akan melakukan kesalahan yang sama. Tapi percaya atau tidak, kenangan masa lalu akan menjadi rambu-rambu bagi kita untuk selalu mengingatkan dan mengarahkan perjalanan kita kedepan agar tak salah lagi seperti yang pernah terjadi dimasa lalu.
Dan pada akhirnya aku akan mengambil keputusan untuk mengingatkan sang teman akan perbuatannya, bukan untuk membuat malu atau menjatuhkannya, tapi untuk meningkatkan kualitas hidupnya karena secara tidak langsung Ia akan mendapatkan pelajaran yang sangat besar untuk yang akan datang.
Insyaallah, jika Allah berkenan untuk membuka pikirannya tentang semua ini, dan jika tidak mungkin mengelus dada sendiri lah yang menjadi solusi terbaik. Karena tak ada yang bisa memaksakan pikiran apalagi hati seseorang untuk bisa berpikir dan merasakan yang kita rasakan.
Mungkin sekian saja tulisan untuk sang teman ini, semoga sang teman mengerti maksud hati ini, jikalau tidak mungkin lebih baik aku yang melupakan semua ini.
0 komentar:
Posting Komentar
Kepada Pengunjung Blog ini di mohon kesediaannya untuk berkomentar di bawah ini...
Dan sertakan URL anda bila perlu.. :)